Thursday, February 24, 2011

Pilih Pil, Kondom Atau Cabut?




Merencanakan kelahiran secara signifikan menurunkan kesempatan hamil. Penggunaan kontrasepsi menjadi caranya. Namun prinsipnya, merencanakan kehamilan dan kelahiran adalah bagian penting untuk menciptakan keluarga berencana.
Kontrasepsi dipilih banyak pasangan untuk ber-KB karena sejumlah alasan. Misalnya, pasangan tak ingin memiliki anak atau ingin menunda menjadi orangtua sampai usia lebih tua. Selain faktor kematangan usia, kematangan ekonomi keluarga juga menjadi alasan mengapa banyak pasangan menunda kehamilan. Selain itu, kontrasepsi juga dipilih sebagai alat untuk membantu merenggangkan waktu kelahiran anak. Di samping itu, ada faktor lain, yakni merasa bahwa keluarga sudah lengkap sehingga kontrasepsi bisa menjaga kemungkinan hamil kembali.

Apa pun alasan dan pertimbangan Anda, untuk memilih kontrasepsi sebaiknya kenali apa saja metode yang tersedia saat ini. Metode kontrasepsi terbagi tiga kategori, hormon, barrier, dan alternative
 

Hormon
Metode kontrasepsi yang termasuk dalam kategori ini di antaranya pil kombinasi, pil yang hanya mengandung progestin (minipil), sisten intraurin (IUS), implan atau yang populer disebut susuk, injeksi, kontrasepsi patch, cincin vagina, atau dalam kasus darurat dikenal juga pil emergensi.

Metode hormon lebih bisa diandalkan untuk mencegah kehamilan daripada metode barrier, apalagi metode alternatif.

 

"Barrier"
Kontrasepsi metode barrier di antaranya alat intrauterin (IUD, coil), kondom pria, kondom wanita, diafragma plus spermisida, dan tutup serviks plus spermisida.

Metode barrier dirancang untuk menghentikan sperma agar tidak memasuki rahim. Metode inilah yang memberikan pilihan kepada perempuan yang tidak menginginkan kontrasepsi hormon. Mengenai efektivitasnya, khususnya untuk kondom, hal ini sangat bergantung dengan penggunanya. Kondom menjadi efektif jika pasangan bisa mengatasi faktor seperti spontanitas, sensasi, dan kesenangan. Jika saat libido memuncak lalu suami lupa mengenakan kondom, maka efektivitas kontrasepsi kondom berkurang.

Yang Anda perlu ketahui lagi tentang metode barrier adalah:
* Memberikan perlindungan terhadap kehamilan yang tak direncanakan tanpa bergantung siklus kesuburan dan hormon alami. Dampaknya tidak terjadi efek farmakologis.
* Metode IUD merupakan metode jangka panjang yang tidak berkaitan dengan spontanitas dan tidak perlu dilakukan setiap hari.
* Beberapa metode memerlukan latihan agar dapat digunakan secara efektif.

Alternatif
Sterilisasi pria dan wanita, pencabutan (hubungan seksual yang diputus atau coitus interruptus), dan keluarga berencana alami (kesadaran kesuburan) dengan sistem kalender salah satunya.

Metode alternatif yang alami memang murah, tetapi perlu motivasi diri. Dalam pencabutan misalnya, pria harus mencabut penis dari vagina sebelum ejakulasi agar sperma tidak masuk ke vagina. Metode ini memerlukan kontrol tingkat tinggi dari pihak pria. Jika Anda memang ingin menunda atau mengatur jarak kehamilan, maka metode ini riskan karena sering kali gagal. Tetesan kecil sperma dapat lolos dari penis ke dalam vagina sebelum pria mengalami ejakulasi. Efektivitas teknik ini bergantung pada pengalaman pihak pria.

Adapun metode alami dilakukan dengan menghindari hubungan seksual saat masa subur perempuan. Artinya, Anda perlu menggunakan teknik pencatatan harian suhu tubuh perempuan dengan menggunakan termometer kesuburan. Cara ini akan lebih efektif dengan mengombinasikan teknik yang direkomendasikan. Karenanya, untuk menjalani metode ini, Anda perlu membekali diri dengan pengetahuan dan pemahaman yang utuh tentang monitor kesuburan. Penghalang keberhasilan teknik alami ini di antaranya irama siklus menstruasi yang kerap kali tidak konsisten.

Sementara itu, sterilisasi adalah pilihan kontrasepsi yang hanya direkomendasikan kepada pasangan yang memutuskan tidak memiliki anak lagi secara permanen. Metode ini tidak direkomendasikan bagi pasangan muda yang belum menikah.

Ibu Pengidap HIV Justru Tak Selingkuh




Penelitian Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN) terhadap 2.800 pasien HIV/AIDS perempuan selama 10 tahun terakhir di Indonesia mendapatkan hasil yang mengejutkan. Dari hasil penelitian tersebut, lebih dari 80 persen adalah ibu rumah tangga.

"Hasil penelitian yang dilakukan dari 1999-2009 ini menyatakan bahwa mayoritas ibu rumah tangga yang tertular HIV/AIDS merupakan perempuan yang tidak pernah selingkuh," kata Sekretariat Jendral Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN) Dr Nafsiah Mboi MPH dalam Seminar Nasional Percepatan Pencapaian Tujuan 6 MDG's untuk mewujudkan Perempuan dan Anak Bebas HIV/AIDS di Jakarta, Selasa (18/01/2011).

Nafsiah menyebutkan, lebih dari 80 persen penderita HIV/AIDS adalah ibu rumah tangga. Penelitian yang dilakukan tahun 1999-2009 ini juga menyatakan, mayoritas ibu rumah tangga yang tertular HIV/AIDS merupakan perempuan yang tidak pernah selingkuh.

Mereka justru terjangkit HIV/AIDS dari suami mereka yang kerap berganti pasangan dan berhubungan seks di luar rumah. Data 2010, kasus HIV/AIDS mencapai 22.726 kasus di 32 provinsi.

Perbandingannya, laki-laki 16.731 kasus, perempuan 5.911 kasus, dan tidak diketahui jenis kelaminnya sebanyak 84 kasus. Angka ini meningkat dari tahun 2009 sebanyak 19.973 kasus.

Nafsiah menjelaskan, penularan terbesar disumbang oleh laki-laki yang melakukan hubungan seks berisiko, selingkuh, dan membeli seks sebanyak 51,30 persen. Penularan terbesar kedua disumbang oleh pengguna narkoba suntik sekitar 39,60 persen. "Hal ini disebabkan para pasangan pengguna seks berisiko enggan menggunakan kondom," ujar Nafsiah.

"Selama masih ada narkoba dan hubungan seks berisiko (tidak menggunakan kondom), saya pastikan HIV tidak akan berkurang di Indonesia," kata Nafsiah. Sejak 2000, Indonesia memasuki tingkat epidemi terkonsentrasi yaitu keadaan yang mengindikasikan tingkat penularan HIV/AIDS sudah cukup tinggi pada subpopulasi berisiko.

source by : Kompas.com

Remaja Putri Rentan HIV

Perempuan dan remaja putri ternyata lebih rentan tertular HIV. Hasil studi menunjukkan, kemungkinan perempuan dan remaja putri tertular HIV 2,5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki dan remaja putra.

Badan PBB untuk penanggulangan AIDS (UNAIDS) melaporkan, 67 persen kasus baru HIV dan AIDS di negara-negara berkembang ada pada kalangan usia muda (15-24 tahun). Dari jumlah tersebut, 64 persennya adalah perempuan dan remaja putri.

Demikian dikatakan Deputi Bidang Pengarusutamaan Gender Bidang Politik, Sosial, dan Hukum Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak drg. Ida Suselo Wulan, MM dalam membacakan keynote speech menggantikan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Linda Amalia Sari Gumelar di Jakarta, Selasa (18/1/2011).

Anggapan masyarakat bahwa HIV/AIDS hanya dialami perempuan penjaja seks ternyata tidak benar. Itu karena saat ini perempuan yang tidak melakukan perilaku berisiko banyak yang terinfeksi HIV dari pasangan tetapnya (suaminya).

"Kerentanan perempuan terhadap HIV lebih banyak disebabkan ketimpangan jender yang berakibat pada ketidakmampuan perempuan untuk mengontrol perilaku seksual suami dan kurangnya pelayanan pengobatan HIV/AIDS," kata Ida.

Kurangnya pemahaman "konsep jender" dalam keluarga membuat posisi tawar perempuan sangat rendah. Ketidaksetaraan relasi jender, baik sosial maupun ekonomi, merupakan motor penggerak utama tersebarnya wabah HIV. Artinya, apabila kesetaraan jender terjadi, perempuan dapat membuat keputusan sendiri mengenai aktivitas seksualitasnya.

"Kesetaraan jender dalam keluarga dan masyarakat dapat mengeliminasi kerentanan perempuan terhadap HIV/AIDS," kata Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Nasional Dr Nafsiah Mboi, MPH yang merupakan salah satu pembicara dalam Seminar Nasional "Percepatan Pencapaian Tujuan 6 MDG's untuk Mewujudkan Perempuan & Anak Bebas HIV AIDS".

Menurut laporan terbaru KPAN,  jumlah kasus AIDS di Indonesia berdasarkan jenis kelamin pada 2010 sebanyak 22.726 kasus. Sebanyak 16.731 kasus atau 73,62 persennya adalah laki-laki, sedangkan 5.911 kasus atau 26,01 persennya adalah perempuan. Sebanyak 84 kasus atau 0,37 persen tidak diketahui jenis kelaminnya. Adapun rasio kasus AIDS antara laki-laki dan perempuan adalah 2,83 banding 1.

Masalah HIV/AIDS mengemuka di Indonesia, diawali dengan penemuan kasus pertama pada tahun 1987 di Bali. Menjelang tahun 2000, terjadi percepatan pertambahan Orang Dengan HIV dan AIDS (ODHA) dengan pesat. Bahkan memasuki tahun 2000, terdapat lokasi-lokasi di mana penularan HIV sudah tinggi (concentrated level epidemic).

Kondom, Penjinak Waktu Bom HIV/AIDS

Selain harus terus waspada terhadap kemungkinan teror bom dari teroris, selayaknya Indonesia juga berhati-hati pada bom lain yang tak kalah dahsyatnya, "bom waktu" epidemi HIV/AIDS yang tidak mustahil akan menewaskan ratusan ribu warga dalam 10 tahun mendatang.

Data termutakhir dari Kementrian Kesehatan, sampai 30 September 2010 saat ini diperkirakan jumlah kasus HIV di Indonesia sekitar 330.000. Bila program pencegahan masih terbatas, tahun 2020 jumlahnya bisa mencapai 1,6 juta. Saat ini Indonesia adalah satu dari lima besar jumlah infeksi HIV di Asia, bersama India, Thailand, Myanmar, dan Nepal.

Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN) juga mencatat kasus kumulatif AIDS di kalangan perempuan di Indonesia hingga tahun 2010 menunjukkan rekor tertinggi dipegang oleh ibu rumah tangga yakni 1970 kasus. "Ini di luar dugaan banyak orang yang mengira kasus tertinggi pada pekerja seks," kata dr.Nafsiah Mboi, Sp.A, sekretaris KPAN.

Salah satu konsekuensi dari epidemi ganda HIV/AIDS adalah meningkatnya jumlah bayi dan anak yang terinfeksi HIV. Sudah banyak ditemukan dalam suatu keluarga, suami dan istri serta anak mereka positif HIV atau ada anggota keluarga yang sudah meninggal karena AIDS.

Wanita pekerja seks di Indonesia sering dianggap sebagai biang masalah penularan HIV, padahal menurut Nafsiah yang perlu dipandang sebagai masalah adalah pria pelanggan mereka. "Kaum lelaki harus diadvokasi untuk lebih bertanggung jawab dalam perilaku seksnya," katanya di sela acara pembukaan Pekan Kondom Nasional 2010 di Jakarta beberapa waktu lalu.

Ia mengatakan, kaum lelaki berpotensi menjadi "jembatan penularan" HIV ke istri dan anak-anak mereka. Sebanyak 1,6 juta perempuan beresiko tinggi tertular HIV karena menikah dengan laki-laki beresiko tinggi, yaitu yang membeli jasa seks atau memakai narkoba suntik secara bergantian.

Terbentur mitos Penggunaan kondom sebagai upaya pencegahan penularan HIV yang sudah gencar dipromosikan sejak bertahun-tahun lalu masih selalu relevan hingga saat ini. Todd Callahan, country director DKT Indonesia mengungkapkan, sejak tahun 1996 hingga 2010, DKT Indonesia sudah menjual 736 juta kondom di Indonesia.

Sayangnya promosi penggunaan kondom sering dituding sebagai promosi seks bebas. "Kondom dan penggunaannya adalah kebaikan sosial yang seharusnya tidak jadi stigma," kata Todd, dalam acara peluncuran Pekan Kondom Nasional.

Didukung oleh BKKBN, KPAN, IBCA dan UNAIDS, Pekan Kondom Nasional 2010 dirayakan di Jakarta, Surabaya dan daerah lain mulai tanggal 1 Desember, bertepatan dengan Hari AIDS sedunia dan puncaknya tanggal 5 Desember 2010.

Persoalan lain yang menghadang promosi pencegahan HIV dengan kondom adalah adanya anggapan kondom akan mengurangi kenikmatan acara rekreasi di atas ranjang.

Seperti penuturan Cece, pekerja seks yang setiap hari menjajakan jasa di sekitar Stasiun Besar Bandung. Ia mengungkapkan sebagian besar pelanggannya menolak memakai kondom karena alasan kurang nikmat tadi. "Saya juga tidak berani memaksa karena takut pelanggan pada kapok sama saya dan lari ke wanita penghibur lain," kata perempuan asal Garut yang ditemui medio Oktober lalu.

Beberapa kali survei yang dilakukan BKKBN membuktikan stereotip "kondom mengurangi kenikmatan" tadi yang paling banyak membuat orang menjauhi alat kontrasepsi berbentuk sarung itu. Akhirnya banyak orang menjauhi kondom tanpa sempat mengenal dan memahami manfaatnya.

Mitos lain adalah kondom berpori. Padahal anggapan itu sudah tidak relevan lagi untuk dipercaya sekarang. Kondom yang beredar saat ini adalah kondom lateks yang cukup kuat dan sudah diuji untuk menahan sperma dan HIV.

Kondom berperan sebagai dinding penghambat agar tidak terjadi pertukaran cairan, seperti darah, air mani atau cairan vagina antar pasangan yang melakukan hubungan seks. Cairan-cairan tersebut bisa mengandung bakteri atau virus HIV.

Kondom lateks telah terbukti sebagai alat paling efektif dan murah untuk mencegah penularan infeksi menular seksual. Beberapa studi membuktikan hal ini, diantaranya studi klinik terhadap orang yang terinfeksi HIV dengan pasangannya yang tidak terinfeksi.

Pada 124 pasangan yang memakai kondom lateks secara konsisten, tidak ada yang terinfeksi HIV. Sebaliknya, 121 orang yang memakai kondom secara tak konsisten, 12 orang (10 persen) pasangan yang tidak terinfeksi HIV menjadi terinfeksi.

Karena itu salah satu strategi yang dibuat pemerintah dalam mencapai target MDG's dalam bidang HIV/AIDS adalah meningkatkan penggunaan kondom pada setiap hubungan seks beresiko mencapai 70 persen. Apabila dibarengi dengan penggunaan jarum suntik tak steril pada pemakai narkoba bisa turun hingga 35 persen, maka jumlah kasus infeksi baru bisa ditahan di bawah 600.000. Ini berarti bom waktu HIV/AIDS bisa dijinakkan.

TORCH Menyebabkan cacat pada janin.



Infeksi TORCH merupakan gangguan pada kehamilan yang bisa membahayakan janin. Jika infeksi ini diketahui di awal masa kehamilan, risiko penularan dari ibu pada janin bisa dikurangi sehingga cacat bawaan bisa dicegah.

TORCH (toksoplasma, rubela, cytomegalovirus/CMV, dan herpes simplex) merujuk pada sekolompok infeksi yang dapat ditularkan dari ibu hamil kepada bayinya. Infeksi ini biasanya tidak bergejala, satu-satunya cara untuk mengetahuinya adalah dengan melakukan tes serum darah.

Pakar imunologi Dr.Liliane Grangeot-Keros dari Paris menyebutkan, infeksi TORCH dapat menyebabkan 5-10 persen keguguran dan cacat bawaan pada janin yang meliputi gangguan pendengaran, retardasi mental serta kebutaan.

"Sebagian besar cacat itu bisa dicegah dengan melakukan skrining TORCH di trimester pertama kehamilan. Jika hasilnya negatif, para ibu bisa diberi edukasi pentingnya menjaga kebersihan diri.

Namun jika hasilnya positif, dokter bisa memberikan pengobatan untuk menurunkan risiko transmisi dari ibu ke janin," katanya dalam acara media edukasi 'Mewaspadai TORCH pada Kehamilan' di Jakarta (24/2/2011).

Di Indonesia, dari 54.000 kehamilan yang terinfeksi toksoplasma 70 persennya memiliki antibodi. Sementara itu, 60 persen wanita memiliki antibodi terhadap virus herpes simplex. Kendati demikian, 50-85 persen ibu hamil yang terinfeksi rubela di trimester pertama kehamilan janinnya beresiko tinggi mengalami cacat organ.

Namun menurut dr.Yuditia Purwosunu Sp.OG (K), skrining TORCH belum menjadi rekomendasi bagi ibu hamil.

"Statistik menunjukkan, dari 10.000 ibu hamil yang hasil skriningnya positif TORCH, hanya 10 saja yang hasil diagnostiknya juga positif. Karena itu, skrining TORCH masih diperdebatkan keakuratannya," katanya dalam kesempatan yang sama.

Ia menambahkan, skrining prenatal hanya disarankan untuk mereka yang termasuk dalam kelompok berisiko tinggi, misalnya ibu yang terinfeksi HIV. "Untuk memberikan pengobatan pun standarnya adalah hasil diagnostiknya positif," papar dokter dari divisi fetomaternal departemen Obgyn FKUI/RSCM Jakarta ini.

Pemeriksaan diagnostik dilakukan dengan cara pengambilan sedikit air ketuban untuk diperiksa di laboratorium. Hasilnya jauh lebih akurat dibanding dengan skrining berupa pengambilan darah. "Jika hasil skrining positif baru disarankan untuk melakukan diagnostik tes sebelum diberikan pengobatan," tuturnya.

Saat ini, pemeriksaan TORCH masih tergolong mahal untuk kebanyakan masyarakat. Akan tetapi, menurut Keros tindakan preventif jauh lebih murah daripada kuratif.

"Mungkin biaya tes terasa mahal, tapi ongkos yang harus ditanggung jika bayi menderita cacat sangat mahal, bukan cuma dari sisi ekonomi tapi juga psikologis," katanya.

Apa itu Infeksi TORCH?

Infeksi TORCH (toksoplasma, rubela, cytomegalovirus/CMV dan herpes simplex) merujuk kepada sekelompok infeksi yang dapat ditularkan dari wanita hamil kepada bayinya. Ibu hamil yang terinfeksi TORCH berisiko tinggi menularkan kepada janinnya yang bisa menyebabkan cacat bawaan.

Dugaan terhadap infeksi TORCH baru bisa dibuktikan dengan melakukan pemeriksaan darah atau skrining. Jika hasilnya positif, atau terdapat infeksi aktif dokter akan menyarankan pemeriksaan diagnostik berupa pengambilan sedikit cairan ketuban untuk diperiksa di laboratorium.

Berikut adalah jenis-jenis infeksi TORCH :

1. Toksoplasmosis Infeksi ini ditularkan oleh parasit (protozoan parasite Toxoplasma gondii). Infeksi ditularkan dari hewan bertubuh panas kepada manusia. Menurut dr.Yuditia Purwosunu Sp.OG(K), parasit ini masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan. "Sumbernya terutama adalah daging yang tidak dimasak matang atau sayuran mentah. Tangan yang tercemar toksoplasma juga bisa menjadi media penularan jika kita tidak mencuci tangan sebelum makan," katanya.

Pada kasus infeksi maternal primer yang terjadi pada kehamilan, parasit bisa ditularkan dari plasenta dan menyebabkan cacat pada janin berupa gangguan penglihatan atau keguguran spontan, meski prosentasenya kecil.

2. Infeksi rubela Infeksi ini juga dikenal dengan campak Jerman dan sering diderita anak-anak. Rubela yang dialami pada tri semester pertama kehamilan 90 persennya menyebabkan kebutaan
tuli, kelainan jantung, keterbelakangan mental, bahkan keguguran."Ibu hamil disarankan untuk tidak berdekatan dengan orang yang sedang sakit campak Jerman," kata Dr.Liliane G.Keros, ahli immunologi dari Paris. Untuk mencegahnya, kaum wanita disarankan untuk melakukan vaksinasi rubela. "Perlindungannya mencapai 100 persen," imbuhnya.

3. Cytomegalovirus (CMV) CMV merupakan keluarga virus herpes. Virus ini ditularkan melalui kontak seksual atau selama kehamilan. Akibat infeksi ini bisa fatal karena menyebabkan cacat bawaan pada janin. Sayangnya belum ada pengobatan yang bisa mencegah infeksi virus ini.

4. Herpes simplex Virus herpes terdiri dari 2 jenis, yaitu herpes simplex 1 (HSV-1) dan herpes simplex virus 2 (HSV 2). Penularan biasanya terjadi pada kontak seksual pada orang dewasa. HSV 1 juga bisa ditularkan melalui kontak sosial pada masa anak-anak. Prevelansi HSV 2 lebih tinggi pada kelompok HIV positif dan mereka yang melakukan hubungan seks tanpa kondom.

Apa itu Infeksi TORCH?

Infeksi TORCH (toksoplasma, rubela, cytomegalovirus/CMV dan herpes simplex) merujuk kepada sekelompok infeksi yang dapat ditularkan dari wanita hamil kepada bayinya. Ibu hamil yang terinfeksi TORCH berisiko tinggi menularkan kepada janinnya yang bisa menyebabkan cacat bawaan.

Dugaan terhadap infeksi TORCH baru bisa dibuktikan dengan melakukan pemeriksaan darah atau skrining. Jika hasilnya positif, atau terdapat infeksi aktif dokter akan menyarankan pemeriksaan diagnostik berupa pengambilan sedikit cairan ketuban untuk diperiksa di laboratorium.

Berikut adalah jenis-jenis infeksi TORCH :

1. Toksoplasmosis 


Infeksi ini ditularkan oleh parasit (protozoan parasite Toxoplasma gondii). Infeksi ditularkan dari hewan bertubuh panas kepada manusia. Menurut dr.Yuditia Purwosunu Sp.OG(K), parasit ini masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan. "Sumbernya terutama adalah daging yang tidak dimasak matang atau sayuran mentah. Tangan yang tercemar toksoplasma juga bisa menjadi media penularan jika kita tidak mencuci tangan sebelum makan," katanya.

Pada kasus infeksi maternal primer yang terjadi pada kehamilan, parasit bisa ditularkan dari plasenta dan menyebabkan cacat pada janin berupa gangguan penglihatan atau keguguran spontan, meski prosentasenya kecil.

2. Infeksi rubela 


Infeksi ini juga dikenal dengan campak Jerman dan sering diderita anak-anak. Rubela yang dialami pada tri semester pertama kehamilan 90 persennya menyebabkan kebutaan
tuli, kelainan jantung, keterbelakangan mental, bahkan keguguran."Ibu hamil disarankan untuk tidak berdekatan dengan orang yang sedang sakit campak Jerman," kata Dr.Liliane G.Keros, ahli immunologi dari Paris. Untuk mencegahnya, kaum wanita disarankan untuk melakukan vaksinasi rubela. "Perlindungannya mencapai 100 persen," imbuhnya.

3. Cytomegalovirus (CMV) 


CMV merupakan keluarga virus herpes. Virus ini ditularkan melalui kontak seksual atau selama kehamilan. Akibat infeksi ini bisa fatal karena menyebabkan cacat bawaan pada janin. Sayangnya belum ada pengobatan yang bisa mencegah infeksi virus ini.

4. Herpes simplex 


Virus herpes terdiri dari 2 jenis, yaitu herpes simplex 1 (HSV-1) dan herpes simplex virus 2 (HSV 2). Penularan biasanya terjadi pada kontak seksual pada orang dewasa. HSV 1 juga bisa ditularkan melalui kontak sosial pada masa anak-anak. Prevelansi HSV 2 lebih tinggi pada kelompok HIV positif dan mereka yang melakukan hubungan seks tanpa kondom.

50 Romantic things to do with your girlfriend

1. Watch the sunset together.
2. Whispers to each other.
3. Cook for each other.
4. Walk in the rain.
5. Hold hands.
6. Buy small gifts for each other.
7. Gift Roses.
8. Find out their favorite cologne/perfume and wear every time you're together.
9. Go for a long walk down the beach at midnight.
10. Write poetry for each other.
11. Hugs are the universal medicine.
12. Say I love you, only when you mean it and make sure they know you mean it.
13. Give random gifts of flowers/candy/poetry etc.
14. Tell her that she's the only girl you ever want. Don't lie!
15. Spend every second possible together.
16. Look into each other's eyes.
17. Very lightly push up her chin, look into her eyes, tell her you love her, and kiss her lightly.
18. When in public, only flirt w/ each other.
19. Put love notes in their pockets when they aren't looking.
20. Buy her a ring.
21. Sing to each other.
22. Always hold her around her hips/sides.
23. Take her to dinner and do the dinner for two-deal
24. Spaghetti? (Ever see Lady and the Tramp?)
25. Hold her hand, stare into her eyes, kiss her hand and then put it over your heart.
26. Dance together.
27. I love the way a girl looks right after she's fallen asleep with her head in my lap.
28. Do cute things like write I love you in a note so that they have to look in a mirror to read it.
29. Make excuses to call them every 5 minutes
30. Even if you are really busy doing something, go out of your way to call and say I love you.
31. Call from your vacation spot to tell them you were thinking about them.
32. Remember your dreams and tell her about them.
34. Tell each other your most sacred secrets/fears.
35. Be Prince Charming to her parents.
36. Brush her hair out of her face for her.
37. Hang out with his/her friends.
38. Go to church/pray/ worship together.
39. Take her to see a romantic movie and remember the parts she liked.
40. Learn from each other and don't make the same mistake twice.
41. Describe the joy you feel just to be with him/her.
42. Make sacrifices for each other.
43. Really love each other, or don't stay together.
44. Let there never be a second during any given day that you aren't thinking about them, and make sure they know it.
45. Love yourself before you love anyone else.
46. Learn to say sweet things in foreign languages.
47. Dedicate songs to them on the radio.
48. Fall asleep on the phone with each other.
49. Stand up for them when someone talks trash.
50. Never forget the kiss goodnight and always remember to say,"Sweet dreams."

Sunday, February 20, 2011