"Namaku
Linda. Aku memiliki sebuah kisah cinta yang memberiku sebuah pelajaran
tentangnya. Ini bukanlah sebuah kisah cinta hebat dan mengagumkan
penuh gairah seperti dalam novel-novel roman, walau begitu menurutku
ini adalah kisah yang jauh lebih mengagumkan dari itu semua. Ini
adalah kisah cinta ayahku, Mohammed Huda alhabsyi dan ibuku, Yasmine
Ghauri. Mereka bertemu disebuah acara resepsi pernikahan dan kata
ayahku ia jatuh cinta pada pandangan pertama ketika ibuku masuk ke dalam
ruangan. Saat itu ayah tahu, bahwa inilah perempuan yang akan menikah
dengannya. Hal ini menjadi kenyataan, kini mereka telah menikah selama
40 tahun dan telah memiliki tiga orang anak, aku anak tertua, telah menikah
dan memberikan mereka dua orang cucu.
Mereka
bahagia dan selama bertahun-tahun telah menjadi orang tua yang sangat
baik bagi kami, mereka membimbing kami, anak-anaknya dengan penuh
cinta kasih dan kebijaksanaan. Aku teringat suatu hari ketika aku masih
berusia belasan tahun. Saat itu beberapa ibu-ibu tetangga kami mengajak
ibuku pergi kepembukaan pasar murah yang mengobral alat-alat kebutuhan
rumah tangga. Mereka mengatakan saat pembukaan adalah saat terbaik
untuk berbelanja barang obral karena saat itu saat termurah dengan
kualitas barang-barang terbaik.
Tapi
ibuku menolaknya karena ayahku sebentar lagi pulang dari kantor. Kata
ibuku,"Mama tak akan pernah meninggalkan papa sendirian". Hal itu yang
selalu dicamkan oleh ibuku kepadaku. Apapun yang terjadi, sebagai
seorang
perempuan aku harus patuh pada suamiku dan selalu menemaninya dalam
keadaan apapun, baik miskin, kaya, sehat maupun sakit. Seorang perempuan
harus bisa menjadi teman hidup suaminya. Banyak orang tertawa
mendengar hal itu menurut mereka, itu hanya janji pernikahan, omong
kosong belaka. Tapi aku tak pernah memperdulikan mereka, aku percaya
nasihat ibuku.
Sampai
suatu hari, bertahun-tahun kemudian, kami mengalami duka, setelah
ulang tahun ibuku yang ke-59, ibuku terjatuh di kamar mandi dan menjadi
lumpuh. Dokter mengatakan kalau saraf tulang belakang ibuku tidak
berfungsi lagi sehingga ia harus menghabiskan sisa hidupnya di tempat
tidur. Ayahku, seorang pria yang masih sehat diusianya yang lebih tua,
tapi ia tetap merawat ibuku, menyuapinya, bercerita banyak hal padanya,
mengatakan padanya kalau ia mencintainya. Ayahku tak pernah meninggalkannya,
selama bertahun-tahun, hampir setiap hari ayahku selalu menemaninya,
ia masih suka bercanda-canda dengan ibuku. Ayahku pernah mencatkan
kuku tangan ibuku, dan ketika ibuku bertanya ,"untuk apa kau lakukan
itu? Aku sudah sangat tua dan jelek sekali". Ayahku menjawab, "aku
ingin kau tetap merasa cantik". Begitulah pekerjaan ayahku seharihari, ia
merawat ibuku dengan penuh kelembutan dan kasih sayang.
Para
kenalan yang mengenalnya sangat hormat dengannya. Mereka sangat kagum
dengan kasih sayang ayahku pada ibuku yang tak pernah pudar. Suatu
hari ibu berkata padaku sambil tersenyum, "Kau tahu, Linda. Ayahmu
tak akan pernah meninggalkan aku... kau tahu kenapa?" Aku menggeleng
dan ibuku melanjutkan, "karena aku tak pernah meninggalkannya..."
Itulah
kisah cinta ayah dan ibuku. Mereka memberikan kami, anak-anaknya pelajaran
tentang tanggung jawab, kesetiaan, rasa hormat, saling menghargai,
kebersamaan, dan cinta kasih. Bukan dengan kata-kata, tapi mereka
memberikan contoh dari kehidupannya.
No comments:
Post a Comment