Saturday, August 11, 2012

Pilih Calon Suami Pakai Logika atau Hati?

Ada yang curhat saya saya begini, "Non, gw lagi bingung nih milih pria mana yang lebih cocok dijadikan suami. Gw sangat mencintai pacar gw yang sekarang, tapi kami berdua punya sifat dan cara berpikir yang bertolak belakang. Banyak juga sifatnya yang gw ga suka, terutama sifatnya yang egois dan hidupnya yang semaunya sendiri, tidak tertata. gw ragu dia bisa jadi pemimpin rumah tangga yang baik. Sementara ada satu pria lagi yang ngajak gw nikah. Dia orangnya mapan, agamanya baik, pola pikirnya nyambung sama gw, anaknya dewasa dan bertanggung jawab, tapi gw ga ada perasaan apa-apa dengan dia. Hanya suka sebatas teman. Yang mana yang harus gw pilih? Haruskah mengikuti hati tapi otak melawan, atau mengikuti logika tapi hati tak merasa? "

Lalu saya jawab begini, memutuskan menikah janganlah pada saat jatuh cinta, tapi pada saat sedang cinta. Bedanya ada pada penggunaan logika.

Pada saat jatuh cinta (biasanya awal2 pacaran) logika seperti lumpuh, segala sesuatu terlihat indah, bahkan berbagai kekurangan pasangan malah terlihat lucu dan menggemaskan. Setelah masa itu selesai, cinta yang ada mulai bisa diajak bicara dengan logika, sehingga penilaian akan sebuah hubungan bisa lebih rasional. Barulah niatan untuk memutuskan sebuah pernikahan bisa diambil dengan segala pertimbangan.

Agak unik saya membaca penilaian anda terhadap pacar. Punya sifat dan cara berpikir bertolak belakang, banyak sifat yang tidak disuka, dan ragu dia bisa jadi pemimpin rumah tangga. Kira-kira apa yang dimilikinya sampai anda bisa sangat cinta dan ingin menikah dengannya ya? Pertanyaan ini bisa dijawab dengan logika dalam hati yang tenang penuh cinta. Bukan hanya cinta pada sang pacar, tapi juga cinta pada diri sendiri, keluarga, dan masa depan yang akan dihabiskan bersamanya.
Di sisi lain ada pria yang mapan, beragama baik, nyambung pikirannya, dewasa, dan bertanggung jawab. Pertanyaan saya sama, apa yang membuat anda tidak ada rasa dengannya ya? Apapun jawabannya, pernikahan memang tidak seharusnya dipaksakan.

Karena pernikahan tanpa cinta akan membuat hati tersiksa dalam kebersamaan yang tidak diinginkan. :)

No comments:

Post a Comment